Apakah Dunia Butuh Miss World?
Sebuah lansiran dari situs yourtango.com (2012) membelalakkan mata. Penulisnya bernama Michelle Toglia. Dia mempertanyakan apakah dunia butuh Miss World?
Pertanyaan ini menggelitik sekaligus menampar mereka mati-matian berusaha agar diadakan perhelatan ini mulai dari kontestan, panitia, juri, sponsor, serta semua pihak mendukung. Tak ada yang ingin Miss World dibatalkan. Acara Miss World ke-63 ini misalnya. Pelbagai pihak sibuk mencari jalan keluar dan berdiskusi dengan para organisasi masyarakat menentang Miss World dinilai tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Ya, tahun ini Indonesia, negara dengan populasi muslim terbanyak sejagat menjadi tuan rumah kontes kecantikan dunia itu.
Miss World memang mencuri perhatian sejagat. Pelan tapi pasti mempunyai tempat serupa Miss Universe yang memperlombakan kemolekan. Demikian ini dikritik oleh Toglia. “Ini lomba paling memilukan. Setiap perempuan diberlakukan kecantikan standar padahal sejak dulu setiap orang berbeda,” ujarnya.
Tahun lalu dia menuliskan sekitar 5,5 juta orang sejagat menonton acara Miss World dengan peserta yang lenggak lenggok, kulit eksotik buatan, gaun malam mewah, dan tiara berlian. Modernisasi berlebihan sementara ribuan orang sedunia kelaparan. “Atau anak-anak Jalur Gaza tidak bisa tidur sebab memikirkan apakah mereka besok masih hidup atau tidak?” kata Toglia sengit.
Semua kontestan dilatih, lalu diuji dan ditentukan pemenang oleh juri. Acara diklaim sangat masa kini itu dari tahun ke tahun selalu nyaris mirip. Mereka dinilai cara berbicara, cara berjalan, cara berbusana, lalu apa yang modern dengan itu?
Bahkan acara ini juga melibatkan pemirsa televisi menilai kontestan. Hasilnya? Rata-rata pemenang seksi tapi berwajah lugu. “Jadi? Otak terletak dimana?”, tulisan Toglia lagi.
Hal yang juga mengganggu perempuan ini yakni setiap peserta harus belum menikah, belum punya anak, belum pernah hamil, tidak sedang melahirkan, tidak berencana menikah dalam waktu dekat, bukan juga perempuan rahimnya dititipkan. Mereka taat pada itu menandakan tidak punya perasaan.
Memang beberapa kegiatan Miss World setelah terpilih ada pula yang positif seperti menjadi duta organisasi dunia. Olivia Culpo misalnya, dia didapuk jadi duta untuk perlindungan mereka terjangkit virus HIV-AIDS. Namun apakah harus berpose dan berbusana setengah telanjang untuk berkegiatan sosial ini? (merdeka/6/9/13)
—
Baca juga :
- Jusuf Kalla Menjilat Ludah Sendiri tentang Jokowi + Video Wawancara
- Iklan PAN Lucu… Katanya Bantu Korban Banjir Jangan Membawa Atribut Partai, lah ini Himbauan Iklannya Pake Atribut Partai juga
- Asmirandah dan Jonas Bagikan Alkitab untuk Korban Banjir Manado
- Begini Cara NSA Menyadap Google dan Yahoo
- Logo dan Slogan Satelit Mata-mata AS Jadi Sorotan
- Orientasi di ITN, Mahasiswa di Suruh Aksi Hubungan Intim
- LHI Dikorbankan Demi Negara ?
- What ? Perdana Menteri Belgia Seorang Gay
- Pengamat Hukum: Meninggalnya Fikri Mahasiswa ITN Adalah Tindak Pidana
- Apakah Dunia Butuh Miss World?
- Ahmad Dhani WOW, Akhirnya Ungkap Safeea Sebagai Anak Kandung
- Lagi, Tentara Perempuan Israel Bikin Skandal
- Tak Sesuai Budaya Indonesia, Kontes Miss World Ditentang Para Pemuka Agama
- Daoed Joesoef Sebut Ada Bisnis Seks di Balik Kontes Ratu Kecantikan
- Terima Kasih Miss World !
Posted on 6 September 2013, in Feminisme, Harus Anda Ketahui, Konspirasi, Kontroversi, LifeStyle and tagged Generasi Muda, merusak, Miss World, moral remaja, Moralitas, pelecehan, Perdagangan Perempuan, perempuan, Pornoaksi, pornografi, Pornografi dan Pornoaksi, Seksualitas, Tolak Miss World, wanita. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0